Jumat, 07 Mei 2010

ALI SHAHAB

ALI SHAHAB : WARTAWAN YANG TERJUN MENJADI SUTRADARA


PRIA berkulit putih dan brewok ini sepintas terlihat agak seram, apalagi ditambah sorotan matanya yang tajam, makin lengkaplah kesan itu. Namun jika diajak berbicara, dapat dipastikan, lawan bicaranya akan betah berlama-lama berdialog dengannya. Wawasan dan pengetahuannya sangat luas, baik menyangkut hiburan maupun tentang keagamaan.

Dialah Ali Shahab, sutradara terkenal yang lahir di Jakarta, 22 September 1941. Dia pernah mendirikan Teater September, sebuah nama yang diambil dari bulan kelahirannya. Dari teater itu, sejumlah nama besar muncul, seperti almarhum Hamid Arief dan almarhumah Wolly Sutinah alias Mak Uwok, ibu kandung artis Aminah Cendrakasih alias Mak Nyak.

Pria yang mengaku telat kawin lantaran terlalu enjoi dengan dunia film ini menamatkan pendidikan di ASRI (1958-1963). Meski sejak pertengahan 80-an lebih dikenal dalam dunia sinetron, seperti kebanyakan orang sinetron, Ali Shahab juga tadinya dari film.

Sebelum ke layar putih, dia wartawan/karikaturis dan tidur bangun dalam dunia teater sejak 1964, baik sebagai pemain, penata rias, dan terkadang merangkap sutradara.

Langkah ke film dimulai sebagai penata artistik dalam film Di Balik Tjahaja Gemerlapan (1969).

Namun masyarakat lebih mengenal dia sebagai penulis novel pop. Salah satu karya hebatnya Tante Girang (tahun 60-an) yang mampu menembus layar lebar itu. Bidang penyutradaraan diawalinya dari Beranak Dalam Kubur (1971). Setiap pembuatan film, cerita dan skenarionya dia tulis sendiri.

Setelah aktif di layar kaca dengan serial Rumah Masa Depan (1984-1985), kegiatan menggarap film untuk bioskop menurun. Terakhir menyutradarai Kisah Anak Anak Adam (1988) dan menulis skenario Si Gondrong (episode Lawan Bek Marjuk) pada 1990. Setelah lepas dari PT. Sepro Karya Pratama (1981-1987) milik artis Rahayu Effendi, Ali mendirikan rumah produksi sendiri, PT Sentra Focus Audio Visual yang dibangun tahun 1988.

Kiprah awal rumah produksinya adalah melanjutkan serial Rumah Masa Depan (15 episode, 1990) yang mampu mengangkat nama aktor beken, Dede Yusuf dan Desy Ratnasari. Tahun 1991 terpilih menjadi Ketua Umum Asosiasi Rumah Produksi Indonesia (ARPI). Menjadi anggota Dewan Film Nasional (periode 1989-1994) dan Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) periode 1995-1998.

Pada Festival Sinetron Indonesia (mulai 1994) ia menjabat sebagai Ketua I/Bidang Penjurian Panitia Tetap (Pantap) FSI masa bakti 1994-1998.

Produktivitas dan kreativitasnya tidak terhambat dengan berbagai jabatan. Itu dibuktikan pada FSI 1996, ia terpilih sebagai sutradara (jenis) komedi terbaik dalam Angkot Haji Imron. Sebelum itu karyanya Nyai Dasima menghasilkan piala bagi aktris utama Cut Keke dan aktor pembantu Charlie Sahetapy pada FSI 1995. Tahun 1997 ia menyambung serial Angkot Haji Imron.

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog