Sabtu, 12 November 2011

Ingin Dapat Rahmat? Jadilah Pribadi Santun



 
KERAS hati, pemarah, pendendam dan pendengki merupakan sikap yang lahir karena ketidakberdayan akal dan kesadaran, melawan dorongan nafsu yang selalu dikobarkan oleh Setan. Akibatnya kekuatan iman perlahan-lahan terus mengalami kemunduran. Jika ini terjadi secara terus-menerus, sungguh rahmat Allah mustahil akan menemani hidup kita.
Pada dasarnya setiap manusia sangat berpotensi terjebak oleh rayuan Setan. Oleh karena itu, Allah mengajarkan kepada umat Islam untuk pandai-pandai mengendalikan nafsu. Sebab bagi siapa yang gagal mengendalikan nafsunya bisa dijamin ia akan menjadi sosok manusia yang dibenci, dijauhi, bahkan dimusuhi.
Memilih untuk tidak marah terhadap cercaan, cemoohan dan gangguang orang lain merupakan satu pilihan yang berat.
Tetapi Allah dan rasul-Nya tetap memerintahkan umat Islam untuk memilih yang berat itu (dengan tidak marah) . Bahkan Allah memerintahkan kita untuk santun (lemah lembut) bersegera dalam memaafkan, bahkan sampai pada tahap memohonkan ampunan, serta mengajak orang yang sering memancing emosi kita untuk bermusyawarah.
Sebab marah sama sekali tidak akan menghasilkan apapun. Lihatlah Rasulullah saw tatkala memulai dakwah di Makkah. Setiap hendak menuju masjid, beliau selalu diludahi oleh seorang kafir Quraisy. Rasulullah pun berlalu tanpa terganggu emosinya. Akhirnya setiap menuju ke masjid, beliau harus selalu diludahi, dan beliau tetap tidak marah.
Suatu hari rasulullah hendak ke masjid, dan ketika sampai dimana beliau harus diludahi, saat itu tak ada ludah yang menimpanya. Apa sikap nabi kita yang mulia itu?
Beliau mencari tau, dimana gerangan orang yang selama ini selalu meludahinya, kok hari ini tidak meludah lagi kepadanya? Subahanallah.
Sesaat setelah mengetahui bahwa sang peludah itu dalam keadaan sakit, beliau pun segera menjenguknya. Melihat kedatangan rasulullah, spontan sang peludah terharu, menyesal dan sangat terkesima dengan sikap rasulullah saw. Peludah itu pun bersyahadat.
Bayangkan jika Rasulullah saw, membalas sikap tidak manusiawi sang peludah itu, tentulah sang peludah itu tidak akan pernah mengerti kemuliaan ajaran Islam dan keagungan akhlak rasulullah saw, sehingga dia tetap dalam kesesatan.
Pada masa-masa awal dakwah Islam, sejarah membuktikan bahwa akhlak yang mulia, atau kesantunan, menduduki peringkat tertinggi yang menjadi faktor penting, seseorang menyatakan diri masuk Islam. Ketika itu orang belum mampu berpikir layaknya manusia modern saat ini. Tetapi jangan salah, di zaman modern pun akhlak yang mulia atau kesantunan juga merupakan senjata yang efektif untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan.
Tetapi,kini itu semua tak lagi mendapat perhatian apalagi diutamakan. Lihat saja negeri kita hari ini. Mengapa seolah-olah bangsa ini tak akan bisa keluar dari masalah? Sebab semua bicara, semua merasa dirinya layak didengar, dan sedikit yang mengalah, apalagi bekerja benar-benar karena Allah dan rasul-Nya.
Akhlak tak lagi mendapat perhatian, kesantunan tak lagi dianggap sebagai keistimewaan. Dalam situasi demikian, tentu rahmat Allah jauh dari kehidupan kita.
Perselisihan terus terjadi bahkan pertengkaran dan tawuran justru menjadi hiasan kehidupan manusia yang tidak lagi berakhlak dan tidak mengenal kesantunan. Akhirnya, kritik, saran, pernyataan, banyak yang tidak berbobot, apalagi solutif. Yang ada selalu memicu perdebatan, perselisihan, dan seterusnya.
Menarik apa yang Allah perintahkan kepada kita semua, bahwa jangankan kepada saudara seiman, kepada raja kafir pun kita diperintahkan untuk berbicara lemah lembut penuh kesantunan. Lihatlah bagaimana Allah berpesan kepada Musa dan Harun ketika keduanya harus memberi peringatan kepada Fir’aun, seorang raja yang sangat kejam dan dholim.

فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS: 20: 44).
Maka tidaklah mengherankan mengapa Nabi Muhammad lebih memilih bersikap santun, lemah lembut dalam menjalani kehidupannya. Sebab pada sifat lemah lembut, kesantunan, bahkan akhlak mulia terdapat sebuah kekuatan besar, yaitu adanya peluang kembalinya kesadaran seseorang untuk bisa mengetahui kebenaran dan kebatilan lalu mengikuti kebenaran dan meninggalkan kebatilan.
Hampir bisa dipastikan, di zaman nabi hampir tidak ada orang masuk Islam karena perdebatan. Tetapi masuk Islam karena kesantunan dan sifat lemah lembut rasulullah saw. Hal ini lebih banyak buktinya. Jadi marilah kita berusaha menjadi pribadi yang santun, lemah lembut dan berakhlak mulia.
Sebab Allah telah menegaskan secara gamblang bahwa kesuksesan Nabi Muhammad dalam dakwah adalah karena rahmat-Nya berupa kesantunan. Dan, siapa pun kita jika ingin sukses, mendapat rahmat Allah maka harus memilih kesantunan sebagai perangai diri. Bukan kebencian, kedengkian, dan permusuhan.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِي
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. 3: 159).
Apabila kita telah berusaha menjadi pribadi santun dan ternyata belum ada perubahan pada apa yang kita harapkan berubah. Serahkanlah semua kepada Allah, sebab kita hanya berkewajiban untuk menjadi pribadi yang santun. Kita sama sekali tidak punya kekuatan untuk merubah kondisi hati orang lain. Dan, Allah pasti punya maksud yang lebih baik, lebih indah, bahkan lebih canggih dari setiap situasi dan kondisi yang kita hadapi. Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog